Memahami kaitan antara agama,wahyu,iman,dan kebajikan umat
AGAMA KATOLIK
(Hubungan Antara Agama
Dengan Wahyu, Iman, dan Kebajikan Umat)
NAMA : WILHELMUS MANJI JOMAN NIM
: 1606080044
NAMA :
NIM :
NAMA :
NIM :
NAMA :
NIM :
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN
ILMU KOMPUTERo
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmat dan karunianya yang begitu besar, Kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai kaitan antara agama dengan wahyu, iman, dan
kebajikan umat.
Laporan ini telah kami susun
semampu kami, dan mendapat bantuan dari beberapa sumber yang ada di internet
dan beberapa pihak sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
kekurangan kami.
Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat berguna adanya, dan apabila ada kata yang
tidak berkenan dalam penulisan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
BAB 1.
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Agama
Agama menurut kamus
besar bahasa Indonesia merupakan sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan)
dan peribadatan kepada tuhan yang mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kata “ agama ” berasal
dari bahasa sansekerta yang berarti “ tradisi ”. sedangkan kata lain untuk
menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa latin region dan
berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “ mengikat kembali ”. maksudnya
dengan bereligi seseorang mengikat dirinya dengan tuhan.
Secara
terminologis, pengertian agama di kalangan para ahli juga berbeda-beda,
tergantung dari sudut pandang dan perspektif.
a. Soerjono
Soekanto: Pengertian agama ada tiga macam, yaitu:
(1)
kepercayaan pada hal-hal yang spiritual
(2)
perangkat kepercayaan dan praktik-praktik spiritual yang dianggap sebagai
tujuan tersendiri
(3)
idiologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural
b. Thomas
F. O`Dea: Agama adalah pendayagunaan sarana-sarana supra-empiris untuk
maksud-maksud non empiris atau supra-empiris.
c. Hendropuspito:
Agama adalah suatu jenis system sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya
yang berproses pada kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayainya dan
didayagunkanya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarkat luas
umumnya.
B.
Tujuan
1.
Memahami kaitan
antara agama dan wahyu.
2.
Memahami kaitan
antara agama dan iman.
3.
Memahami kaitan
antara agama dan kebajikan umat.
BAB 2. ISI
A.
Hubungan Agama
dan Wahyu
Wahyu di bagi
menjadi dua yaitu, wahyu umum dan wahyu khusus. Wahyu umum dan wahyu khusus itu merupakan dua cara Allah
mengungkapkan diri-Nya kepada manusia. Wahyu umum merujuk pada
kebenaran-kebenaran umum tentang Allah, yang diketahui melalui penciptaan alam semesta.
Wahyu khusus merujuk pada kebenaran yang lebih spesifik tentang Allah, yang
diketahui melalui cara supranatural.
Dalam kaitannya dengan wahyu umum, Mazmur 19:2-5 menyatakan, “Langit menceritakan
kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari
meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu
kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak
terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka
sampai ke ujung bumi ”.
Menurut ayat-ayat ini, keberadaan dan
kuasa Allah dapat dilihat dengan jelas melalui alam semesta. Keteraturan,
kerumitan, dan keajaiban ciptaan berbicara mengenai Pencipta yang berkuasa dan
mulia.
Wahyu umum juga dinyatakan melalui Roma
1:20, “Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal
dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia
diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.”
Sama dengan Mazmur 19, Roma 1:20
menyatakan bahwa kuasa kekal dan natur keilahian Allah dapat “dilihat dengan
jelas” dan “dimengerti” dari apa yang diciptakan-Nya, dan tidak ada alasan bagi
manusia untuk menolak fakta ini.
Dengan mengingat ayat-ayat ini, mungkin
definisi yang tepat untuk wahyu umum adalah, “penyataan Allah
kepada semua orang, di segala zaman, dan di semua tempat, yang menyatakan bahwa
Allah ada dan bahwa Dia berakal budi, berkuasa dan transenden.”
Wahyu khusus itu mengenai bagaimana Allah
memilih menyatakan diri-Nya melalui cara-cara ajaib. Wahyu khusus mencakup penampakan fisik
Allah, mimpi, penglihatan-penglihatan, Firman Allah yang tertulis, dan yang
paling penting – melalui Yesus Kristus.
Alkitab mencatat Allah berkali-kali
menampakkan diri dalam wujud fisik (beberapa contoh antara lain Kejadian 3:8;
18:1; Keluaran 3:1-4; 34:5-7). Kedua, Alkitab mencatat Allah berbicara kepada
manusia melalui mimpi (Kejadian 28:12; 37:5; 1 Raja-Raja 3:5; Daniel 2) dan
penglihatan-penglihatan (Kejadian 15:1; Yehezkiel 8:3-4; Daniel 7; 2 Korintus
12:1-7).
Yang paling penting dalam pengungkapan
diri Allah ialah Firman-Nya, Alkitab, yang merupakan wujud wahyu khusus. Allah secara ajaib menuntun para penulis alkitab
untuk mencatat berita-Nya secara tepat, sambil tetap mempertahankan gaya dan
kepribadian dari para manusia penulisnya.
Firman Allah hidup dan aktif (Ibrani
4:12). Firman Allah diinspirasikan, bermanfaat, dan cukup (2 Timotius 3:16-17).
Allah menentukan untuk memberikan catatan tertulis mengenai keberadaan-Nya,
karena Dia mengetahui ketidaktepatan dan tidak dapat disandarnya tradisi lisan.
Dia juga mengerti bahwa mimpi-mimpi dan
penglihatan-penglihatan manusia dapat disalahtafsirkan dan apa yang diingat
dapat berubah.
Allah memutuskan untuk mengungkapkan
segala yang manusia perlu tahu tentang Dia, apa yang diinginkan-Nya, dan apa
yang telah dilakukan-Nya untuk manusia di dalam Alkitab.
Wujud wahyu khusus yang paling utama itu adalah
Pribadi Yesus Kristus. Allah menjadi manusia (Yohanes 1:1, 14). Ibrani 1:1-3
memberi ringkasan yang paling bagus, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang
kali dan dalam berbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan
perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita
dengan perantaraan Anak-Nya, Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud
Allah.”
Allah telah menjadi manusia, dalam
Pribadi Yesus Kristus, untuk menjadi sama dengan kita, menjadi teladan kita,
mengajar kita, mengungkapkan diri-Nya kepada kita, dan yang paling penting,
untuk menyediakan keselamatan kepada kita dengan merendahkan diri-Nya mati di
salib (Filipi 2:6-8).
B.
Hubungan Agama
dan Iman
Iman adalah percaya. Iman adalah
karunia Allah, yang dikerjakan di dalam hati oleh Roh Kudus, yang menghidupkan dan memandu semua kemampuan
kita menuju satu tujuan. Kita harus
berdoa untuk memiliki iman, dan supaya iman kita bertumbuh. Iman kita juga akan
diperkuat dengan selalu mengingat janji-janji Kristus yang berulangkali
diucapkan bahwa doa-doa kita kepada Bapa, dalam nama-Nya, pasti akan dijawab
kalau kita memintanya dengan iman, dan percaya sewaktu kita memintanya. Lihat Matius 7:7; Lukas 11:9; Yohanes 14:13, 15, 16; Yakobus 4:2; I Yohanes 3:22, 5:14; Lukas 11:10. Iman didefinisikan sebagai
"dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibr. 11:1); iman adalah pekerjaan jiwa yang
dengannya kita merasa pasti akan keberadaan dan kebenaran dari sesuatu yang
tidak ada di depan kita, atau tidak tampak.bagi indera manusia. Setiap orang
menilai iman secara berbeda, yang akan dirasanya sukar bahkan tidak mungkin
untuk menunjukkannya dengan cara-cara yang tampak. Ini merupakan hal
mempraktikan iman - latihan sukarela - yang memampukan kita untuk bertambah
dalam mempercayai kebenaran-kebenaran besar yang Allah berkenan nyatakan.
Paulus menyatakan "sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan
karena melihat" (II Kor. 5:7). Yesus sendiri berfirman (Yoh. 20:29), "Berbahagialah mereka yang
tidak melihat, namun percaya". Dengan demikian, sementara mempercayai apa
yang kita lihat dan pahami akan mendatangkan manfaat, percaya pada apa yang
tidak terlihat dan hanya dipahami secara samar-samar mendatangkan manfaat yang
lebih besar. Ada banyak hal di alam semesta ini yang kita percayai, tanpa harus
kita pahami sepenuhnya; kita percaya karena kita mendapatkan buktinya dari
orang lain, meskipun bukan dari panca indera kita sendiri. Iman yang begitu
saja percaya pada apa yang bisa ia lihat, pahami, jelaskan dan tunjukkan sama
sekali bukan iman. "Tidak seorang pun melihat Allah", akan tetapi
semua orang percaya kepada Allah. Hal-hal dalam dunia rohani tidak dapat
ditunjukkan melalui perantara-perantara materiil, melainkan hanya bisa melalui
perantara-perantara rohani. Menggunakan iman akan meningkatkan kerohanian kita,
memampukan kita memahami berbagai hal yang tanpa latihan semacam ini tidak akan
terpahami. Paulus mengatakan bagi orang Yunani terpelajar yang skeptis Injil
adalah "kebodohan". Kebanggaan akan kepandaian adalah salah satu
penghalang terbesar terhadap pertumbuhan rohani.
C.
Hubungan Agama
dan Kebajikan Umat
Kebajikan adalah suatu
kecenderungan yang tetap dan teguh untuk melakukan yang baik. Ia memungkinkan
manusia bukan hanya untuk melakukan perbuatan baik, melainkan juga untuk
menghasilkan yang terbaik seturut kemampuannya.
Dengan segala kekuatan moral dan rohani, manusia yang berkebajikan berusaha untuk melakukan yang baik. Ia berusaha untuk mencapainya dan memilihnya dalam tindakannya yang konkret.
Dengan segala kekuatan moral dan rohani, manusia yang berkebajikan berusaha untuk melakukan yang baik. Ia berusaha untuk mencapainya dan memilihnya dalam tindakannya yang konkret.
"Tujuan
kehidupan yang berkebajikan ialah menjadi serupa dengan Allah"
Kebajikan
dapat di bagi menjadi 2 yaitu ,
1.
Kebajikan Manusiawi
Kebajikan manusiawi adalah sikap yang teguh,
kecenderungan yang dapat diandalkan, kesempurnaan akal budi dan kehendak yang
tetap, yang mengarahkan perbuatan kita, mengatur hawa nafsu kita dan membimbing
tingkah laku kita supaya sesuai dengan akal budi dan iman. Mereka memberi
kepada manusia kemudahan, kepastian dan kegembiraan untuk menjalankan kehidupan
moral secara baik. Manusia yang berkebajikan melakukan yang baik dengan sukarela.Kebajikan
moral diperoleh melalui usaha manusia. Ia adalah buah dan sekaligus benih untuk
perbuatan baik secara moral; ia mengarahkan seluruh kekuatan manusia kepada
tujuan, supaya hidup bersatu dengan cinta ilahi.
2.
Kebajikan manusiawi berakar dalam kebajikan ilahi, yang
memungkinkan kemampuan manusiawi mengambil bagian dalam kodrat ilahi. Karena
kebajikan ilahi langsung berhubungan dengan Allah. Mereka memungkinkan orang
Kristen, supaya hidup dalam hubungan dengan Tritunggal Mahakudus. Mereka
memiliki Allah yang Esa dan Tritunggal sebagai asal, sebab, dan obyek. Kebajikan
ilahi adalah dasar jiwa, dan tanda pengenal tindakan moral orang Kristen.
Mereka membentuk dan menjiwai semua kebajikan moral. Mereka dicurahkan oleh
Allah ke dalam jiwa umat beriman, untuk memungkinkan mereka bertindak sebagai
anak-anak Allah dan memperoleh hidup abadi. Mereka adalah jaminan mengenai
kehadiran dan kegiatan Roh Kudus dalam kemampuan manusia. Ada tiga kebajikan
ilahi: iman, harapan, dan kasih Bdk. 1 Kor 13:13.;
Iman
Iman adalah kebajikan ilahi, olehnya kita
percaya akan Allah dan segala sesuatu yang telah Ia sampaikan dan wahyukan
kepada kita. dan apa yang Gereja kudus ajukan supaya dipercayai. Karena Allah
adalah kebenaran itu sendiri. Dalam iman "manusia secara bebas menyerahkan
seluruh dirinya kepada Allah" (DV 5). Karena itu, manusia beriman
berikhtiar untuk mengenal dan melaksanakan kehendak Allah. "Orang benar
akan hidup oleh iman" (Rm 1:17); Iman yang hidup "bekerja oleh
kasih" (Gal 5:6). Anugerah iman tinggal di dalam dia yang tidak berdosa
terhadapnya.. Tetapi "iman tanpa perbuatan adalah mati" (Yak
2:26). Iman tanpa harapan dan kasih tidak sepenuhnya mempersatukan orang
beriman dengan Kristus dan tidak menjadikannya anggota yang hidup dalam
Tubuh-Nya.
BAB
3. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan data
di atas dapat kami simpulkan bahwa agama selalu berkaitan dengan wahyu, iman,
dan kebajikan umat. Dimana setiap wahyu, iman, dan kebajikan umat selalu
merujuk pada agama.
Daftar Pustaka :
https://id.wikipedia.org/wiki/Agama
http://katolik5.blogspot.co.id/2010/03/ajaran-sosial-gereja.html
Komentar
Posting Komentar